Male Tegaskan Ekosistem di Dua Wilayah Ini Sudah Terkontaminasi Zat Berbahaya

Rudy Sopa Berita 21 Juli 2025 33 kali Male Tegaskan Ekosistem di Dua Wilayah Ini Sudah Terkontaminasi Zat Berbahaya DPRD Provinsi Maluku menggelar FGD terkait pencemaran logam berat Merkuri dan Sianida, pada daerah Pulau Buru dan Seram, yang berlangsung di lantai V kantor setempat, Senin (21/7/2025).

MERINDUDPRD.COM, AMBON - Guru Besar bidang Kimia Anorganik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (Mipa) Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon, Prof. Dr. Yusthinus Thobias Male, S.Si, M.Si dalam paparannya mengatakan, mercuri yang digunakan oleh para penambang, untuk mengeksplorasi emas sudah mengkontaminasi ekosistem, dari tanah, air, tumbuhan dan juga hewan.

Untuk diketahui, DPRD Provinsi Maluku menggelar Focus Group Discussion (FGD) terkait pencemaran logam berat Merkuri dan Sianida, yang berdampak sistematis terhadap kelangsungan hidup manusia dan lingkungan pada daerah Pulau Buru dan Seram, yang berlangsung di lantai V kantor setempat, Senin (21/7/2025).

FGD ini akan menghadirkan berbagai pihak terkait. Salah satunya adalah, Guru Besar bidang Kimia Anorganik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (Mipa) Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon, Prof. Dr. Yusthinus Thobias Male, S.Si, M.Si, sebagai pembicara.

"Untuk itu belum terlambat, dalam mengambil langkah-langkah penanganan, untuk menertibkan. Jadi kalau pernah ditutup tahun 2018, tapi karena tidak ada solusi maka aktivitasnya berjalan lagi 3 tahun kemudian, padahal mereka sudah patuh," kata Male dalam paparannya.

Male kemudian menunjukan hasil penelitian dari pihaknya. Hasil penelitian ini menunjukan, mercuri sudah mengkontaminasi ekosistem. Jadi, belum terlambat untuk dilakukan penertiban, dan melakukan penambangan dengan teknologi yang benar, serta tidak menggunakan bahan berbahaya dan beracun.

Male juga menyinggung soal sinabar atau mineral berwarna merah yang merupakan bijih utama merkuri, di Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB). 

Dia mengungkapkan, dari permodelan arus, limbah yang keluar ke laut akan sampai ke teluk luar. Jika masalah ini tidak tertangani dengan baik, maka akan menjadi persoalan yang besar.

"Kan mereka menambangnya di laut. Nah, sedimen itu akan terdistribusi ke teluk Piru, lewat Kaibobu hingga ke Kamariang. Jadi mari, ditata dengan baik, supaya jangan sedimen yang mengandung sinabar itu tersebar melalui laut. Karena kita sudah buktikan lewat permodelan arus," pungkas dia.

Untuk itu dibutuhkan penelitian lebih lanjut, untuk seluruh biota. Karena indikasi awal, bahwa di tanah, tumbuhan dan hewan sudah ada, walaupun konsentrasinya rendah.

"Oleh Tuhan bahan berbahaya dan beracun kalau tidak ditangani dengan baik akan sangat berbahaya. Itu kan sudah di kedalaman, tapi oleh manusia digali kemudian ampasnya dibuang. Nah, ampasnya ini akan masuk ke ekosistem, lalu dimakan oleh hewan, dan diserap oleh tumbuhan. Itu yang bahaya," tandas Male.



Berikan Komentar
Silakan tulis komentar dalam formulir berikut ini (Gunakan bahasa yang santun). Komentar akan ditampilkan setelah disetujui oleh Admin